Sabtu, 28 Maret 2015

 Perekonomian Indonesia
( Pasar Saham Indonesia 2014-2015 )


Pada tahun 2014 kemarin para investor saham telah mendapatkan keuntungan yang cukup tinggi karena kenaikan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Sekarang di tahun kambing ini apakah Prospek Pasar Saham 2015 masih dikatakan cukup cerah? Apakah di tahun baru ini IHSG masih dapat mengulangi prestasinya? Berikut ulasannya.
Pada tahun 2015 ini terdapat beberapa kondisi yang berpeluang untuk memberikan sentimen positif pada pergerakan harga pasar saham di tahun ini. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah,
Ekonomi global atau perekonomian Amerika Serikat yang berpotensi masih bertumbuh. Peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh rendahnya harga energi dan suku bunga yang juga rendah. Sementara pertumbuhan PDB yang meningkat akan membawa dampak baik bagi pertumbuhan laba perusahaan. Bertumbuhnya profit perusahaan pada umumnya akan menyebabkan meningkatnya harga saham sehingga prospek investasi saham 2015 masih akan cerah.
Rendahnya harga energi. Sampai akhir tahun 2015 harga minyak mentah diprediksi akan bertahan pada level rendah. Dugaan ini memperkirakan bahwa pada tahun ini harga minyak mentah adalah sekitar $74 per barel. Menurunnya harga energi ini dapat mendorong laju perekonomian.
Di tahun 2014 kondisi ekonomi di tanah air. Di tahun lalu memang dapat dikatakan bahwa perekonomian Indonesia mengalami banyak tekanan sehingga laju IHSG pun hanya bergerak pada level 5200 hingga pada akhir tahun. Tetapi pada tahun ini diprediksi bahwa kondisi ekonomi akan lebih baik dibandingkan tahun 2014 lalu. Kondisi yang membaik ini dikarenakan turunnya harga minyak dunia yang berdampak pada berkurangnya beban subsidi BBM. Dengan demikian rapor keuangan juga akan membaik. Beberapa lembaga termasuk pemerintah memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di tanah air dapat menyentuh level 5,8%.
Kondisi politik tanah air. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pada tahun 2014 terjadi banyak ketegangan politik terutama mendekati masa pemilihan presiden. Tetapi di tahun 2015 ini diprediksi ketegangan politik tersebut akan mereda sehingga pembangunan dapat terus berjalan.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat memberikan sentimen negatif terhadap pasar saham:
Kondisi perekonomian negara-negara di Eropa, Cina, dan Jepang. Kondisi perekonomian di Eropa dan Jepang di tahun 2015 tengah mengalami resesi sementara perekonomian Cina menurun.
Rencana kenaikan suku bunga The Fed. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat pasca krisis ekonomi global yang lalu membuat rencana kenaikan suku bunga The Federal Reserve berpeluang terealisasi. Kenaikan suku bunga bank central Amerika ini biasanya akan diikuti oleh bank sentral negara lain termasuk di tanah air dan dampaknya adalah beban keuangan perusahaan bisa semakin meningkat. Bank sentral Amerika diprediksi akan meningkatkan suku bunga pada bulan Juli atau paling lambat bulan Oktober 2015.
Para analis pada umumnya memprediksi kondisi pasar saham di tahun kambing ini cukup menjanjikan. Beberapa pakar memperkirakan IHSG menyentuh level 5700, sementara beberapa analis yang lain dengan optimis menyebutkan bahwa IHSG berpeluang untuk mencapai level 6300. Yang jelas prospek Pasar Saham 2015 akan sangat menjanjikan walaupun dengan volatilitas yang lebih tinggi. Dengan demikian pergerakan naik turunnya harga juga akan lebih bergejolak.
Jika melihat data yang tercatat pada pasar saham Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia yang pertama kali terhitung, yaitu per tanggal 10 Agustus 1982, imbal hasil investasi ini hingga tahun 2013 adalah sebesar 4,273% atau senilai dengan 142% pertahunnya. Hasil investasi ini memang terbukti sangat tinggi, tetapi pada tahun-tahun tertentu memang IHSG mengalami fluktuasi dan terkoreksi. Pasar saham adalah pasar yang menjanjikan imbal hasil yang lebar walaupun sarat akan volatilitas.
Dengan berbagai resiko volatilitas dan tanpa jaminan kepastian pasar saham, para investor masih bersedia menanamkan modalnya pada pasar saham karena jika dibandingkan dengan instrumen investasi keuangan yang lain misalnya deposito dan tabungan atau obligasi, saham masih lebih unggul dari aspek kinerjanya. Investasi saham memang sesuai sebagai rencana investasi jangka panjang. Bandingkan dengan tabungan yang hanya memberikan tingkat imbal hasil yang rendah sehingga dana setiap harinya dapat berkurang. Dana juga akan digerogoti oleh inflasi jika tidak bertambah lebih tinggi atau minimal sama dengan tingkat inflasi.
Pada pasar modal, turunnya harga-harga saham di pasar secara historis berlangsung dalam waktu singkat sehingga investasi jangka panjang secara historis memberikan profit lebih besar. Dan kenaikan harga-harga saham pada umumnya berlangsung dalam durasi lama dan berawal dengan lonjakan tajam. Walaupun Prospek Pasar Saham 2015 dapat dikatakan cerah, memang selalu ada tantangan atau krisis yang berpotensi terjadi. Tetapi pasti akan ada upaya untuk memperbaiki kondisi ini karena tentu tidak ada negara atau siapa pun yang berada pada situasi sulit dalam jangka waktu yang lama.
Dalam sebuah penelitian yang menghitung pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan selama 15 tahun terbukti bahwa durasi imbal hasil yang positif ternyata berlangsung lebih lama dibandingkan dengan periode imbal hasil negatif. Pada riset tersebut, tercatat imbal hasil negatif berlangsung selama 5 tahun, sementara imbal hasil positif berlangsung selama 10 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa investor cukup memiliki waktu untuk mengatasi kerugiannya saat pasar mengalami penurunan. Bahkan mereka dapat membukukan profit selama pasar berada pada kondisi bullish atau naik.
Bursa saham Indonesia mencetak pertumbuhan tertinggi ke empat di antara bursa saham unggulan Asia Pasifik dan dunia.

IHSG kemarin ditutup naik 48,574 poin (0,938 persen) ke level 5.226,947 dan indeks LQ45 naik 5,77 poin (0,65 persen) ke level 898,58. Pada saat yang sama nilai tukar Rupiah kemarin ada di level 12.436 per dolar Amerika Serikat (USD) dibandingkan 12.434 per USD pada penutupan sebelumnya (kurs tengah Bank Indonesia).
Investor asing sepanjang tahun ini mencatatkan pembelian bersih (foreign net buy) sebesar Rp 42,597 triliun dan masih sebagai sejarah tertinggi pembelian bersih yang dilakukan investor asing di bursa saham Indonesia.
IHSG sendiri secara year to date alias sejak awal tahun sampai dengan ditutup kemarin mencatatkan kenaikan 22,29 persen. Dengan begitu maka bursa saham Indonesia ada di tempat keempat daftar bursa saham dengan pertumbuhan tertinggi di dunia di bawah bursa saham Tiongkok (49,61 persen), bursa saham India (29,29 persen), dan bursa saham Filipina (22,76 persen).
Salah satu investasi yang banyak diminati oleh masyarakat selain investasi emas batangan dan saham adalah reksadana. Prospek Investasi Reksadana 2015dapat dikatakan masih cukup cerah karena berdasarkan data dari OJK atau Otoritas Jasa Keuangan, dana kelolaan reksa dana mencapai 239, 93 triliun rupiah hingga 24 desember 2014. Angka ini masih merupakan kelolaan reksa saham yang terbesar jika dibandingkan dengan produk reksa dana yang lainnya. Dana kelolaan reksadana saham totalnya mencapai 104, 42 triliun rupiah.
PT Infovesta mengungkapkan datanya bahwa rata-rata imbal hasil reksa dana saham memang yang paling tinggi jika dibandingkan dengan produk reksa dana yang lain. Per tanggal 30 november 2014 diperoleh data bahwa rata-rata imbal hasil reksadana saham mencapai 25,82%. Yosua Zisokhi, analis PT Infovesta menyebutkan bahwa di akhir tahun 2015 reksa dana saham masih dapat memberikan kinerja sekitar 8,7% hingga 11,6%. Hal ini dapat direalisasikan karena adanya peningkatan ekonomi Indonesia dan prediksi laba emiten yang membaik. Maka peluangnya sangatlah bagus dan tetap menjadi pilihan investasi yang baik.
Hal-hal yang menjadi tantangan untuk prospek Investasi Reksadana 2015 adalah perlambatan ekonomi global dan kemungkinan kenaikan suku bunga dari bank central Amerika Serikat. Saran yang dapat diberikan oleh Fund Manager PT AAA Aset Management, Akuntino bagi Anda yang ingin berinvestasi Reksadana adalah sebaiknya memperhatikan sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan dalam berinvestasi. Faktor-faktor tersebut adalah pelaku pasar, pertimbangan tujuan investasi, waktu investasi, dan potensi resiko investasi.

Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar